Entri Populer

Sabtu, 26 Maret 2011

REFLEKSI PERJALANAN IMAN HIDUP BERKELUARGA

Karena seturut Rencana Allah keluarga telah ditetapkan sebagai ‘persekutuan mesra  kehidupan dan cintakasih’, maka keluarga mengemban misi untuk makin mencapai jatidirinya; yakni: suatu persekutuan kehidupan dan cintakasih, melalui usaha – seperti segala sesuatu yang diciptakan dan ditebus – akan mencapai pemenuhannya dalam Kerajaan Allah. Sambil merefleksikan itu hingga pada urat-akarnya, kita harus mengatakan, bahwa hakekat dan peranan keluarga pada intinya dikonkretkan oleh cinta kasih. Oleh karena itu keluarga mengemban misi untuk menjaga, mengungkapkan serta menyalurkan cintakasih. Dan cintakasih itu merupakan pantulan hidup serta partisipasi nyata dalam cintakasih Allah terhadap umat manusia, begitu pula cintakasih Kristus Tuhan terhadap Gereja MempelaiNya.
Setiap tugas khusus keluarga menjadi ungkapan dan realisasi konkret perutusan yang mendasar itu. Maka kita wajib menggali kekayaan istimewa misi keluarga serta mendalami isinya, yang beraneka- ragam dan sekaligus terpadu.
Begitulah bertolak pada cintakasih dan dengan selalu merujuk kepadanya, Sinode terakhir menekankan empat tugas umum bagi keluarga:
1)      membentuk persekutuan pribadi-pribadi
2)      mengabdi kepada kehidupan
3)      ikut serta dalam pengembangan masyarakat
4)      berperanserta dalam kehidupan dan misi Gereja”
(Paus Yohanes Paulus II:Anjuran Apostolik “Familiaris Consortio”/Keluarga, 22 November 1981 no 17)

1. Membentuk persekutuan pribadi-pribadi

1.1.Cintakasih sebagai prinsip dan kekuatan persekutuan suami-isteri yang tak terceraikan

Dasar persekutuan hidup bersama suami-isteri adalah cintakasih, bukan harta atau tubuh, pangkat, kedudukan, jabatan atau hobby dst.. Maka persekutuan suami-isteri antara lain ditandai dengan saling mengenakan cincin pernikahan; cincin bulat, tiada ujung pangkal, awal dan akhir, melambangkan cintakasih yang tak terbatas dan seutuhnya. Maka suami-isteri berjanji setia untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang sampai mati alias tidak akan bercerai. Cintakasih juga tidak diketahui awalnya karena cintakasih itu berasal dari Allah, dengan kata lain yang mempertemukan atau menyatukan suami-isteri adalah Allah sendiri, maka Yesus bersabda : “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mat 19:6).

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, suami dan isteri menjadi daya tarik untuk saling bersatu dan mengasihi. Hendaknya perbedaan ini tidak hanya dipahami secara phisik melulu: alat kelamin, wajah, dst., tetapi juga aneka perbedaan yang lain seperti hati, jiwa dan akal budi juga menjadi daya tarik untuk semakin bersatu dan mengasihi. Perbedaan yang ada di antara kita merupakan karya ciptaan Allah alias anugerah Allah. Bukankah jutaan atau milyardan manusia di dunia ini tidak ada yang sama persis atau identik, meskipun mereka kembar? Bahkan anggota tubuh kita yang berpasangan juga tidak sama persis , misalnya: daun telinga, mata, lobang hidung, buah dada dan buah pelir (kalau tidak percaya coba ukur sendiri!?). Maka ketika muncul perbedaan kata, cara bertindak, selera dst..hendaknya tidak menjadi awal perpecahan melainkan awal membangun persekutuan atau kebersamaan. Memang apa yang berbeda dapat menjadi masalah, tetapi ingatlah bahwa apa yang disebut dengan masalah merupakan sesuatu yang menggerakkan atau menghidupkan kita untuk bertindak atau melakukan sesuatu pula.

Masalah-masalah yang muncul dalam hidup bersama/berdua merupakan kesempatan untuk semakin mengasihi atau memperdalam kasih. Apa itu kasih? “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu  Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ” (1Kor 13:4-8)      

1.2.Persekutuan suami-isteri” yang melahirkan kehidupan

Cincin yang bulat melambangkan cintakasih yang bulat alias seutuhnya dan diharapkan suami-isteri sungguh saling mengasihi seutuhnya “dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”(Mrk 10:13), sehingga suami isteri menjadi sehati, sejiwa, seakal budi dan sekekuatan atau setubuh (bersetubuh). Persetubuhan merupakan bahasa kasih alias perwujudan saling mengasihi tanpa batas (dalam saling ketelanjangan). “Keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu”(Kej 2:25)  Bukankah saling telanjang berdua menunjukkan bahwa relasih kasih suami-isteri sungguh bebas, terbuka dan seutuhnya?  Dari persetubuhan suami-isteri sebagai perwujudan saling mengasihi atau kasih bertemu kasih ada kemungkinan tumbuh manusia baru atau anak yang tidak lain adalah buah kasih, kehidupan baru yang membahagiakan, menjanjikan penuh harapan, maka disambut dengan ceria, bahagia. Karena kasih atau kehidupan baru tersebut merupakan anugerah Allah alais hadiah/anugerah atau kado dari Allah, maka selayaknya ia kita layani atau abdi sebaik mungkin. 

2. Mengabdi kepada kehidupan

2.1.Partisipasi dalam karya penciptaan Allah

Dengan hubungan seksual sebagai perwujudan kasih yang memungkinkan kelahiran seorang anak,  suami-isteri berarti berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Menciptakan berarti bergairah dan penuh harapan, maka hendaknya suami-isteri senantiasa dalam keadaan sehat wal’afiat, bergairah, gembira dan penuh harapan. Bukankah jika kita dalam keadaan stress atau tertekan, lebih-lebih bagi perempuan kemungkinan untuk hamil kecil atau dapat terjadi keguguran kandungan? Kita adalah murid-murid atau pengikut Yesus Kristus, Pewarta Gembira, maka selayaknya kita senantiasa bergembira.

Pada masa kini partisipasi dalam karya penciptaan Allah merupakan bentuk “Pro Life Movement” (Gerakan Penyayang Kehidupan) alias anti aneka macam bentuk pengguguran kandungan atau aborsi maupun aneka bentuk penghalang kehamilan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Bagi suami-isteri hal ini antara lain berarti: (1) hubungan seksual sungguh merupakan perwujudan kasih bukan sekedar mengikuti gairah seksual belaka, dan (2) terbuka kemungkinan terjadi pembuahan dalam hubungan seksual, yang melahirkan seorang anak. Dengan kata lain suami-isteri Katolik selain menghayati diri anti aborsi, juga dipanggil untuk mewartakan Gerakan Penyayang Kehidupan atau memberantas gerakan dan tindakan aborsi.    
2.2.Pendidikan anak

Anak sebagai anugerah Tuhan harus dididik, dikembangkan atau dirawat/dipelihara sesuai dengan kehendak Tuhan. Anak diciptakan, diadakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih, dan hanya dalam dan oleh kasih juga anak dapat tumbuh berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Cintakasih itu bebas alias tidak terbatas, sebaliknya kebebasan dibatasi oleh cintakasih, dengan kata lain kita dapat bertindak apapun asal tidak berlawanan dengan atau melanggar cintakasih. Cintakasih yang benar antara lain senantiasa menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, maka segala bentuk pelecehan atau perendahan harkat martabat manusia berlawanan dengan cinta kasih dan tidak bebas lagi. Karena masing-masing dari kita diadakan, diciptakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih dan karena kita adalah warta gembira yang selalu gembira, demikian pula dalam mendidik dan mendampingi anak juga harus dalam kegembiraan, itulah cintakasih dan kebebasan, bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

Dalam mendidik anak agar menjadi cerdas atau berprestasi, berikut saya kutipkan duabelas hukum Rimm, kiranya dapat menjadi bantuan untuk mawas diri:

Hukum Rimm tentang Prestasi:
  1. Anak-anak lebih cenderung berprestasi jika para orangtua mereka bekerja sama dalam memberi pesan yang jelas dan positif yang seragam tentang bagaimana seharusnya mereka belajar dan apa harapan-harapan orangtuanya terhadap mereka.
  2. Anak-anak dapat mempelajari perilaku yang baik dan pantas dengan lebih mudah jika mereka memiliki teladan-teladan efektif untuk ditiru
  3. Pendapat yang dikatakan oleh orang-orang dewasa kepada satu sama lain tentang seorang anak yang didengar oleh anak itu, sangat berdampak pada perilaku dan cara anak itu memandang dirinya.
  4. Jika orangtua memberi reaksi berlebihan terhadap keberhasilan dan kegagalan anak-anaknya, anak-anak itu akan cenderung mengalami tekanan batian yang kuat karena mereka berusaha mati-matian untuk berhasil. Mereka juga akan mengalami keputusasaan dan kekecewaan jika mengalami kegagalan.
  5. Anak-anak merasakan lebih banyak ketegangan sewaktu mereka mengkhawatirkan pekerjaan daripada saat mereka melakukan pekerjaan itu.
  6. Anak-anak mengembangkan rasa percaya diri melalui suatu proses
  7. Kekurangan dan kelebihan sering menunjukkan gejala-gejala yang sama
  8. Anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dan rasa penguasaan diri internal jika mereka diberi wewenang, dalam porsi yang lambat laun semakin besar, selama mereka menunjukkan kedewasaan dan tanggungjawab.
  9. Anak-anak akan menjadi pemberontak jika satu orang dewasa bergabung dengan mereka melawan seorang orang tua atau guru, karena hal itu membuat mereka merasa lebih berkuasa dari orang dewasa.
  10. Orang-orang dewasa seharusnya menghindari konfrontasi dengan anak-anak kecuali jika mereka cukup yakin dapat menguasai akibatnya.
  11. Anak-anak akan berprestasi hanya jika mereka mau ikut serta dalam kompetisi.
  12. Biasanya anak-anak akan terus berprestasi jika mereka melihat hubungan antara proses belajar dan hasil-hasilnya” (Dr.Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, PT Grasindo Jakarta 1997, hal xxi-xxii).

3. Ikut serta dalam pengembangan masyarakat

3.1.Keluarga sebagai sel pertama dan vital bagi masyarakat
Keluarga sungguh menjadi sel pertama atau basis bagi kehidupan bersama di tingkat yang lebih luas dan besar seperti masyarakat. Pengalaman hidup dalam keluarga atau apa yang diperoleh di dalam keluarga akan menjadi bekal perjalanan hidup di masyarakat: relasi orangtua dan anak, relasi kakak dan adik, relasi anggota keluarga dan pembantu rumah tangga dan relasi dengan teman-teman sepermainan. Bagaimana pengalaman anak berrelasi dengan orangtua akan menentukan atau mempengaruhi relasi mereka dengan atasan, relasi dengan kakak/adik akan mempengaruhi relasi dengan rekan kerja senior/yunior, relasi dengan para pembantu akan mempengaruhi relasi dengan mereka yang miskin, berkekurangan atau kurang dari pada kita, sedangkan relasi dengan teman sepermainan akan mempengaruhi hidup bersama atau kerjasama di manapun. Maka untuk itu penting diperhatikan bagaimana komunikasi yang hidup dan terjadi di dalam keluarga.

Sarana-prasarana komunikasi berkembang pesat pada saat ini, tetapi rasanya komunikasi antar pribadi yang saling mengasihi dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/kekuatan semakin pudar. Suasana atau mental bisnis, efisiensi, telah mempengaruhi hidup bersama termasuk hidup berkeluarga. Komunikasi yang terjadi memang efisien tetapi tidak efektif. Komunikasi antar kita hendaknya efisien dan efektif, artinya berkualitas mempengaruhi yang berkomunikasi untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Komunikasi yang demikian memang membutuhkan waktu dan tenaga alias kehadiran secara phisik, maka baiklah di dalam keluarga disediakan waktu khusus untuk saling bertemu, berrekreasi, makan bersama, doa bersama dst..    

3.2. Keluarga sebagai ‘pewarta Kabar Gembira”

Suami-isteri katolik ketika mengawali hidup berkeluarga antara lain berjanji untuk “menjadi ayah atau ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan kepada kita, dan mendidik mereka menjadi murid Yesus Kristus yang setia”, dengan kata lain ingin menjadi keluarga sebagai ‘pewarta Kabar Gembira’. Maka bina iman di dalam keluarga, entah bagi suami-isteri sendiri maupun anak-anak perlu memperoleh perhatian yang memadai. Tanda bahwa keluarga dapat menjadi ‘pewarta Kabar Gembira’ antara lain apa yang terdengar atau tersiarkan dari keluarga adalah apa-apa yang baik; dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku umum atau universal. Anak-anak diharapkan juga tumbuh berkembang lebih baik daripada orangtuanya.

Salah satu buah keluarga yang baik antara lain anak-anak tumbuh berkembang menjadi kader-kader dalam hidup bersama, bermasyarakat maupun menggereja. Seorang kader berarti orang yang fungsional menyelamatkan bagi lingkungan hidupnya dan yang bersangkutan senantiasa ‘survival’ dalam segala cuaca dan keadaan. Seorang kader berfungsi bagi lingkungan hidupnya bukan karena dukungan orang lain atau rekomendasi orang yang berpengaruh, melainkan karena dirinya sungguh bermutu sebagai pribadi atau ciptaan Tuhan alias cerdas beriman. Jika ia tidak difungsikan maka ia akan ‘merebut’ fungsi dengan kehadiran dan cara hidup atau cara bertindaknya.  Maka baiklah anak-anak sedini mungkin difungsikan dalam kehidupan bersama di dalam keluarga: diberi peran dalam kehidupan dan demi kebahagiaan/kesejahteraan keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Keluarga sungguh menjadi ‘pewarta Kabar Gembira’ ketika anggota keluarga sungguh fungsional bagi keselamatan lingkungannya, anak-anak tumbuh berkembang menjadi kader hidup bersama, dan kiranya juga ada yang terpanggil secara khusus untuk menjadi imam, bruder atau suster.    

4. Berperansetra dalam kehidupan dan misi Gereja

4.1.Selain menjadi sel pertama dan vital bagi masyarakat, keluarga juga menjadi sel pertama dan vital dalam kehidupan Gereja, maka keluarga sering disebut sebagai “Gereja mini” atau ‘miniatur Gereja’, apalagi jika seluruh anggota keluarga sama-sama beragama katolik. Maka baiklah disadari dan dihayati bahwa relasi atau komunikasi antar anggota keluarga merupakan komunikasi iman dan kiranya di dalam keluarga perlu juga diselenggarakan kegiatan doa atau pendalaman iman bersama. Saya sendiri sangat terkesan ketika diminta memberkati rumah baru, ternyata pemilik rumah juga membangun kamar atau ruang khusus untuk berdoa, dimana di kamar tersebut ada altar/meja kecil, salib, patung Bunda Maria dan Hati Yesus Yang Mahakudus. Tanpa saya bertanya si pemilik rumah sendiri berceritera bahwa sengaja membangun kamar khusus yang dapat digunakan untuk doa pribadi/meditasi atau doa bersama dalam keluarga. Tentu saja doa bersama juga dapat dilakukan dalam tempat biasa seperti kamar makan, misalnya sehari/seminggu sekali diadakan acara makan bersama dan selesai makan kemudian disusul doa bersama; doa sebelum dan sesudah makan dipimpin secara bergantian oleh anggota-anggota keluarga. Di samping kegiatan liturgis ini kiranya juga penting di dalam keluarga sering diselenggarakan pendalaman iman antara lain sharing pengalaman hidup atau pembacaan kitab suci bersama.

4.2. Keluarga juga diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan misi atau tugas perutusan Gereja, yang melanjutkan tugas perutusan para rasul dari Yesus :”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:18-20)
4.2.1.Jadikanlah semua bangsa muridKu”. Menjadi murid Yesus berarti menjadi sahabat-sahabat Yesus alias menghayati sabda-sabdaNya serta meneladan cara bertindakNya. Salah satu cara bertindak yang mungkin baik menjadi teladan kita masa kini antara lain: “memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi  tumpangan pada orang asing, memberi  pakaian yang telanjang, melawat atau mengunjungi yang sakit, mengunjungi yang berada dalam penjara” (lihat Mat 25:35-36)
4.2.2.“Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”
Dibaptis berarti dibersihkan atau disisihkan seutuhnya bagi Tuhan, maka membaptis berarti menyisihkan seutuhnya kepada Tuhan. Kita semua diciptakan dan dikasihi oleh Tuhan, dan karena dosa dan kelemahan kita menjauh dari Tuhan. Menyisihkan diri kita dan sesama serta ciptaan lainnya bagi Tuhan antara: mengelola atau mengurus hal-ikhwal atau seluk-beluk dunia ini dijiwai oleh iman kita pada Yesus Kristus, menyehatkan aneka aturan, kebijakan, struktur hidup bersama yang merangsang ke perilaku dosa dst.. sehingga kita sendiri dan sesama kita memiliki budaya Tuhan Yesus: cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan cara Yesus.             
4.2.3.“Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”
Perintah utama dan pertama dari Yesus adalah ‘saling mengasihi’, maka kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup saling mengasihi serta mengingatkan orang lain atau sesama kita untuk menyadari dan menghayati diri sebagai ‘yang terkasih’ dan kemudian saling mengasihi satu sama lain. “Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1Kor 13:3)      

5.      Sekelumit perihal komunikasi.

Sarana-prasarana komunikasi berkembang pesat: HP, internet, TV, dll, yang memudahkan orang untuk saling berkomunikasi secara efisien dan efektif. Namun sayang bahwa komunikasi tersebut lebih bersifat dangkal, dalam arti terjadi pada tingkat phisik dan belum sampai ke tingkat spiritual atau bahkan hanya sebatas tingkat phisik saja seperti bisnis dll.. Komunikasi pada tingkat spiritual mengalami erosi terus menerus.

Cintakasih yang menyatukan laki-laki dan perempuan menjadi suami-isteri yang saling mengasihi sangat dipengaruhi oleh kwalitas komunikasi antar pasangan yang bersangkutan. Ingat bahwa Yesus mengajarkan kepada kita agar mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau tubuh, dengan kata lain komunikasi antar suami-isteri yang saling mengasihi harus melibatkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga sepenuhnya atau seutuhnya. Empat unsur tersebut, hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga tidak dapat dipisah-pisahkan dan hanya dapat dibedakan dalam rangka saling mengasihi. Jika orang memisah-misahkan unsur tersebut atau tidak tidak menghayati sepenuhnya keempat unsur tersebut, maka sebenarnya yang bersangkutan tidak dapat mengasihi. Tidak sepenuh hati berarti sakit hati, tidak sepenuh jiwa berarti sakit jiwa, tidak sepenuh akal budi berarti ‘bodoh’ dan tidak sepenuh tenaga/tubuh berarti ‘sakit’ atau lemas.

Kata komunikasi berasal dari kata bahasa Latin communicare yang antara lain berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, bertukaran/tukar-menukar, memiliki bersama, mempunyai sesuatu yang sama dengan seseorang, ikut mempunyai bagian dalam sesuatu dengan seseorang. Dari berbagai arti di atas kiranya dapat kita pahami bahwa dalam berkomunikasi terjadi saling memberi dan menerima; berkomunikasi dalam kasih berarti saling memberi dan menerima (isi)hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga. Karena laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah sebagai yang sepadan (lihat Kej 2:20), dan dengan demikian laki-laki dapat berkata kepada perempuan (suami kepada isteri):”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”(Kej 2;23), maka laki-laki dan perempuan, lebih-lebih yang menjadi suami-isteri, “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah”, tidak ada yang di atas dan tidak ada yang di bawah. Begitulah hendaknya yang terjadi dalam berkomunikasi atau dalam saling mengasihi antar suami-isteri.

Secara secara praksis sosial kemasyarakatan kita kenal adanya ‘kepala keluarga’, entah patriarchal atau matriarchal, sehingga terjadi perbedaan. Namun hendaknya perbedaan yang ada dihayati sebagai yang fungsional, artinya berfungsi untuk semakin saling mengasihi. Ingat laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain (tubuh, sifat dst..) dan karena berbeda maka saling tertarik, mendekat dan saling mengasihi. Perbedaan memang dapat menjadi masalah, tetapi ingat bahwa apa yang disebut masalah adalah sesuatu yang menggerakkan atau memotivasi kita untuk bertindak atau mengerjakan sesuatu. Maka baiklah ketika ada perbedaan antar suami-isteri, entah dalam hal hati, jiwa, akal budi atau tubuh, hendaknya dihayati sebagai ‘jalan’ atau ‘wahana’ untuk saling berkomunikasi, saling mendekat dan saling mengasihi dengan saling memberi dan menerima hati, jiwa, akal budi dan tubuh secara lebih penuh atau utuh. Karena ‘dia, tulang dari tulangku dan dagin dari dagingku’, maka laki-laki dan perempuan atau suami-isteri, yang sungguh berbeda satu sama lain, yang saling mengasihi lambat laun laki-laki dan perempuan yang berbeda tersebut tumbuh berkembang bagaikan ‘manusia kembar’. (catatan: silahkan anda bercermin bersama dalam satu cermin dan pandanglah wajah anda berdua..jika semakin nampak bagaikan manusia kembar berarti anda sungguh saling mengasihi dan berkomukasi dengan benar dan baik).         

Minggu, 20 Maret 2011

jepang bergoyang

Gempa berkekuatan 9 Skala Richter (SR) yang terjadi di Jepang Jumat (11/3/2011) menyebabkan distribusi massa di Bumi berubah karena pergerakan lempeng dan runtuhnya batuan di kulit Bumi. Hal tersebut berpengaruh terhadap kecepatan rotasi bumi menjadi sedikit lebih cepat dan manusia mengalami hari yang lebih singkat.
"Dengan berubahnya distribusi massa di Bumi, gempa Jepang mengakibatkan Bumi berotasi lebih cepat, mempersingkat hari sebanyak 1,8 mikrodetik," kata Richard Gross, geofisikawan di Laboratorium Propulsi Jet milik NASA di Pasadena, AS, seperti dilansir Space.com. Analisi sebelumnya gempa tersebut hanya berpengaruh mempercepat rotasi 1,6 mikrodetik, namun data terakhir menunjukkan kalau kekuatannya lebih besar.
Namun, pengaruh tersebut jauh lebih kecil ketimbang variasi tahunan lama rotasi Bumi. Panjang satu hari atau waktu rotasi Bumi adalah 24 jam atau 86.400 detik. Panjang hari selama ini bervariasi sekitar 1000 mikrodetik bergantung pada variasi musim distribusi massa Bumi.
Perubahan waktu rotasi akibat gempa seperti kali ini bukanlah yang pertama terjadi. Gempa Aceh tahun 2004 misalnya, mempersingkat hari sebanyak 6,8 mikrodetik. Sementara gempa di Chile mempersingkat hari sebanyak 1,26 mikrodetik.
Gross mengungkapkan, perubahan ini belum selesai. Gempa susulan juga bisa mengubah waktu rotasi. "Gempa susulan juga bisa mengubah waktu rotasi. Namun karena kekuatan gempa susulan lebih kecil, pengaruhnya juga lebih kecil," jelasnya.
Secara teori, Gross mengungkapkan, apapun yang berdampak pada distribusi massa Bumi akan berdampak pada rotasi. Gempa dilaporkan mempercepat sedikit gerakan rotasi bumi yang biasanya sekitar 1.604 km/jam.
Meski demikian, ahli astrofisika dari Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy, Johny Setiawan, tak terlalu yakin dengan pendapat itu. Menurutnya, panjang pendeknya hari hanya bisa terjadi bila ada efek dari luar bumi.
"Kalau Bumi kejatuhan asteroid sehingga massanya bertambah, pasti akan berubah panjang pendeknya hari," lanjutnya. Menurutnya, jika massa bumi tetap sama maka harusnya kecepatan rotasi dan lamanya rotasi juga akan tetap sama.

Sabtu, 19 Maret 2011

renungan

KASIH seperti Apa ?
 Sebentar lagi seluruh orang Kristen didunia akan merayakan PASKAH.
Perayaan Paskah biasanya dimulai dari perenungan atas penderitaan Yesus diperadilan Mahkamah Agama, Pilatus, Herodes, dilanjutkan dengan berbagai siksaan menuju bukit Tengkorak (Golgota) dan saat-saat menjelang kematiannya serta kematianNYA di kayu salib. Dilanjutkan dengan berita sukacita dan kemenanganNYA deng Ada sebagian orang percaya menambahkan perenungan makna Paskah dimulai dari kedatangan Yesus ke Jerusalem yang dielu-elukan, perjamuan makan malam terakhir serta pergumulan Yesus yang luar biasa ditaman Getsemani. Sebagian lagi menambahkan ingatannya dengan peristiwa penampakan Yesus kepada murid-muridnya sampai pada kenaikanNYA ke Sorga dengan sisipan pesan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Menjelang Paskah ini, saya mengajak kita merenungkan apa yang mendasari semua peristiwa dan pengorbanan Yesus itu semua. Satu kata yang saya ingin kita renungkan adalah KASIH. Kasih seperti apa yang mendasari peristiwa kelahiran Yesus sampai dengan KebangkitanNYA.

Dalam Yohanes 3: 16 kita menemukan suatu statement yang agung tentang kasih ALLAH Bapa kepada kita dalam kalimat "Karena begitu besarnya Kasih ALLAH pada kita, sehingga dikaruniakanNYA AnakNya yang tunggal, supaya barang siapa percaya tidak binasa, melainkan dapat hidup kekal".

Apa uniknya peristiwa ini? Saat ini banyak sekali Orangtua yang bersedia menjual anaknya demi sedikit uang? Ada yang tega membunuh anaknya demi menutupi aibnya? Tidak jarang orangtua meninggalkan anaknya ditempat-tempat penampungan, bahkan sengaja membuangnya?

Bila kita bertanya kepada Bill Gate, maukah engkau menjual anakmu kepadaku? Aku bersedia membelinya dengan harga yang termahal yang mampu aku bayar. Maukah Bill Gate menjual anaknya? Saya percaya Bill Gate tidak akan bersedia menyerahkan anaknya.

Bila kita bertanya pada George W. Bush, maukah engkau menyerahkan anakmu kepadaku? Sebagai gantinya, engkau bisa meminta apa saja yang dapat kuberikan? Saya percaya juga, siapapun yang memintanya tidak akan diberikannya.


Tidak heran bila di Alkitab ada seorang Bapa yang luar biasa, mau menyerahkan anaknya kepada ALLAH yang memberikannya kepadanya sebagai korban, mendapat predikat Bapanya orang beriman. Abraham adalah sosok dan symbol seorang Bapak yang sangat mengasihi anaknya namun percaya sepenuhnya kepada kehendak dan KASIH ALLAH penciptanya.

Oleh karena keteladanan dan kerelaannya, Abraham dipilih sebagai bapak moyang dari keturunan yang akan melahirkan AnakNYA, yang benar-benar dikorbankan sebagai penebus dosa manusia.

Keunikan dari peristiwa ini ada 2, yaitu siapa sang BAPA dan ANAKNYA ini.

Yang pertama sang BAPA.
ALLAH adalah BAPA yang MAHA KUASA, MAHA KAYA. Jauh melebihi Bill Gate dan George W. Bush saat ini. Jika BG, GWB bahkan Berman R. Sitorus pun tidak bersedia menyerahkan atau menjual anaknya demi kepentingan orang lain, tentulah sangat berat bagi ALLAH BAPA menyerahkan AnakNya sebagai penebus dan pengganti manusia yang seharusnya dihukumNYA.

Jika ada yang bisa menggantikan ANAK, maka saya percaya BAPA akan menciptkan, memberikan, menggantikannya. Bukankah DIA MAHA KUASA?
Tidak mampukah DIA menciptakan sesuatu yang bisa Menggantikan YESUS?
Bukankah DIA MAHA KAYA, tidak sanggupkah DIA membeli sesuatu yang bisa menggantikan YESUS?

Selanjutnya mari kita melihat sosok anak yang dikorbankan. Anak seperti apa yang diserahkan ini? Banyak orangtua bersedia menyerahkan anaknya dipakai Tuhan menjadi pelayanNya, tapi kalau bisa jangan anak yang no. 1, jangan yang pintar dan berkwalitas unggul. Yang bandel atau yang kwalitas 2 atau 3 saja. Sayang sekali bila yang kwalitas 1 menjadi pelayan atau hamba Tuhan.

Syukurlah kita mengenal tokoh Hana, ibunda Samuel yang luar biasa.
Bersedia menyerahkan Samuel anak yang dinginkannya, yang didambakannya. Namun karena dia sadar betul, bahwa Samuel anak kesayangannya, anak yang pertama lahir dari rahimnya adalah milik Tuhan. Dengan sukacita dipersembahkannya kepada TUHAN.

Puji Tuhan pemberian Hana, ibunda Samuel menjadi suatu persembahan yang harum dihadapan ALLAH, yang olehnya manusia banyak diberkati dan ALLAH berkarya secara luar biasa. Samuel adalah IMAM yang terakhir, yang menghantarkan bangsa Israel pada masa transisi ke sistim pemerintahan yang baru, yang mengurapi Daud menjadi Raja Israel, yang dengan berani menggantikan Saul yang sedang berkuasa namun ditolak oleh Tuhan.

Yang kedua YESUS sang Anak.
Siapakah Anak ini? Anak yang diserahkan oleh BapaNYA, luar biasakah dia? Dalam Yohanes 14:6, Anak ini mendeskripsikan dirinya dengan sangat jelas dan tegas. "AKUlah JALAN, KEBENARAN dan HIDUP, tidak ada seorangpun yang sampai kepada Bapa jikalau tidak melalui AKU".

Anak ini, yaitu YESUS adalah JALAN. Jalan menuju Harta karun terindah dan yang tak ternilai, jalan menuju Sorga, rumah BapaNYA. Alangkah hebatnya dan tak ternilainya nilai dari Anak yang dipersembahlan Bapanya bagi kita.

Anak ini adalah Kebenaran, suatu Kebenaran yang hakiki dan tidak berubah dari dahulu sampai sekarang. Kebenaran yang tidak ada bandingannya didunia, sesuatu yang sangat mulia dan berharga, yang tidak akan pernah berubah oleh apapun.

Anak ini, yaitu YESUS adalah HIDUP. HIDUP yang kekal yang tidak akan pernah BINASA. HIDUP itu, yaitu Anak itu yang diberikan kepada kita yang tadinya Mati dan menuju kekebinasaan yang kekal. Oleh pemberian Anak ini, dihidupkan kembali bersama-sama dengan DIA kedalam Hidup yang kekal.

Oh alangkah indahnya Kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus anakNya yang dianugerahkan kepada kita. Janganlah kita sia-siakan dan kita nistakan dengan segala kehinaan kita, dengan hidup sembarangan.

Ibarat sebuah Mutiara atau Berlian yang sangat indah, murni dan berharga, masakan kita pasangkan diatas cincin imitasi yang murahan, tidakkah kita bersedia mencari dan membeli emas yang murni? Agar nilai Berlian dan Mutiara itu tidak menjadi hampa dan tidak bernilai, atau malah dipandang rendah dan palsu dihadapan mereka yang melihatnya?

Bila digabungkan dengan proses dan harga yang dibayar oleh sang ANAK, Yesus Kristus menebus kita yang digambarkan dari peristiwa pergumulan ditaman Getsemani, Peradilan dan siksaan serta puncaknya di kematian diatas Kayu Salib yang hina, serta turun kedalam alam maut, kematian akibat dosa-dosa kita.

Kasih seperti apakah yang diberikan oleh BAPA dan AnakNYA, Yesus Kristus kepada kita? Kasih seperti apakah yang sudah kita terima?

Mari kita renungkan dan kita persembahkan kepadaNYA yang terlebih dahulu mengasihi kita, kasih seperti apa yang sepantasnya kita berikan?

Menyambut Jumat Agung dan perayaan Paskah, kiranya renungan tentang "Kasih seperti Apa?" ini dapat membantu kita melihat sudah seperti apa kasih kita kepadaNYA.

Kasih seperti apa pula yang sudah kita berikan kepada mereka-mereka yang kita kasihi? Suami/Istri, Ayah dan Bunda, Anak, abang/kakak/adik, ponakan, jemaat dan sesame kita.

Minggu, 13 Maret 2011

gempa japan

Pasca-gempa besar berkekuatan 8,9 SR dan terjangan tsunami dahsyat yang memorak-porandakan sejumlah wilayah di pantai timur, Jepang kini menghadapi ancaman baru, yaitu kemungkinan bocornya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi yang dioperasikan Tokyo Electric Power Co (Tepco).

Badan Keselamatan Nuklir, otoritas yang menangani masalah nuklir di Jepang, mengatakan, setidaknya 160 orang diduga terpapar radiasi nuklir. Sementara itu, kantor berita Jiji tanpa mengutip sumber mengatakan, 19 orang telah terpapar radiasi nuklir.
Pihak Pemerintah Jepang sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait korban yang terpapar radiasi nuklir. Juru Bicara Pemerintah Jepang Edano mengatakan, radiasi yang disebabkan ledakan memang melampaui batas normal. Namun, hal tersebut tak memiliki ancaman langsung terhadap kesehatan manusia.
Warga pun mulai memeriksakan diri apakah mereka terpapar oleh radiasi nuklir. "Awalnya saya khawatir dengan gempa bumi. Namun, kini saya khawatir dengan radiasi. Saya tinggal di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saya ke sini untuk memeriksakan diri, apakah saya baik-baik saja," kata Kenji Koshiba, pekerja konstruksi di pusat gawat darurat di Koriyama.
Hingga saat ini, Pemerintah Jepang sebagaimana dilansir Reuters telah mengevakuasi 110.000 orang yang tinggal di wilayah dengan radius 20 kilometer dari lokasi PLTN.
Edano mengatakan, pemerintah telah berupaya untuk mengurangi risiko radiasi nuklir. Pemerintah, tambahnya, fokus mengeluarkan udara dari reaktor nuklir yang rusak akibat gempa 8,9 magnitude yang disertai tsunami tersebut.
Selain itu, saat ini jutaan penduduk Jepang tak memiliki akses terhadap air bersih dan listrik. Sejak Jumat, mereka hanya bertahan hidup dengan mi instan. Hal ini juga dialami sejumlah tempat penampungan dan rumah sakit. "Saat ini tetap belum ada air atau listrik. Padahal, kami memiliki pasien yang perlu dirawat," kata pejabat RS Sengen General Hospital, Ikuro Matsumoto.

jepamg bergoyang

Gempa berkekuatan 9 Skala Richter (SR) yang terjadi di Jepang Jumat (11/3/2011) menyebabkan distribusi massa di Bumi berubah karena pergerakan lempeng dan runtuhnya batuan di kulit Bumi. Hal tersebut berpengaruh terhadap kecepatan rotasi bumi menjadi sedikit lebih cepat dan manusia mengalami hari yang lebih singkat.
"Dengan berubahnya distribusi massa di Bumi, gempa Jepang mengakibatkan Bumi berotasi lebih cepat, mempersingkat hari sebanyak 1,8 mikrodetik," kata Richard Gross, geofisikawan di Laboratorium Propulsi Jet milik NASA di Pasadena, AS, seperti dilansir Space.com. Analisi sebelumnya gempa tersebut hanya berpengaruh mempercepat rotasi 1,6 mikrodetik, namun data terakhir menunjukkan kalau kekuatannya lebih besar.
Namun, pengaruh tersebut jauh lebih kecil ketimbang variasi tahunan lama rotasi Bumi. Panjang satu hari atau waktu rotasi Bumi adalah 24 jam atau 86.400 detik. Panjang hari selama ini bervariasi sekitar 1000 mikrodetik bergantung pada variasi musim distribusi massa Bumi.
Perubahan waktu rotasi akibat gempa seperti kali ini bukanlah yang pertama terjadi. Gempa Aceh tahun 2004 misalnya, mempersingkat hari sebanyak 6,8 mikrodetik. Sementara gempa di Chile mempersingkat hari sebanyak 1,26 mikrodetik.
Gross mengungkapkan, perubahan ini belum selesai. Gempa susulan juga bisa mengubah waktu rotasi. "Gempa susulan juga bisa mengubah waktu rotasi. Namun karena kekuatan gempa susulan lebih kecil, pengaruhnya juga lebih kecil," jelasnya.
Secara teori, Gross mengungkapkan, apapun yang berdampak pada distribusi massa Bumi akan berdampak pada rotasi. Gempa dilaporkan mempercepat sedikit gerakan rotasi bumi yang biasanya sekitar 1.604 km/jam.
Meski demikian, ahli astrofisika dari Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy, Johny Setiawan, tak terlalu yakin dengan pendapat itu. Menurutnya, panjang pendeknya hari hanya bisa terjadi bila ada efek dari luar bumi.
"Kalau Bumi kejatuhan asteroid sehingga massanya bertambah, pasti akan berubah panjang pendeknya hari," lanjutnya. Menurutnya, jika massa bumi tetap sama maka harusnya kecepatan rotasi dan lamanya rotasi juga akan tetap sama.

Selasa, 08 Maret 2011

Suporter: Nurdin Ketua Pembunuh Sepak Bola Indonesia




Suporter: Nurdin Ketua Pembunuh Sepak Bola Indonesia

Kantor PSSI yang terletak di kawasan Gelora Bung Karno kembali menjadi sasaran unjuk rasa, Sabtu (26/2/2011). Kali ini, unjuk rasa dilakukan oleh suporter Arema Indonesia atau yang biasa disebut Aremania.
Dalam aksinya, puluhan Aremania meminta Nurdin Halid mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Hal itu tampak dari spanduk-spanduk yang diusung dan yel-yel yang mereka nyanyikan.
Dalam salah satu spanduk, misalnya, Nurdin digambarkan memiliki tanduk di kepalanya. Di samping gambar tersebut tertulis "Ketua Pembunuh Sepak Bola Seluruh Indonesia". Selain itu, ada juga spanduk bertuliskan "Nurdin Sang Sampah PSSI Harus Dibuang pada Tempatnya".
Aremania tidak terlalu banyak berorasi. Dalam aksi yang dilakukan tidak kurang dari setengah jam, mereka hanya mencemooh dan menyanyikan "lagu kebangsaan Aremania" sambil berjoget.
Aksi ini merupakan aksi unjuk rasa yang kedua pada hari ini. Sebelumnya, demonstrasi dilakukan oleh suporter gabungan dari Panser Biru (pendukung PSIS Semarang), Pasoepati (suporter fanatik Persis Solo), Slemania (pendukung PS Sleman), The Jakmania (pendukung Persija Jakarta), Singamania (pendukung Sriwijaya FC), dan Jetman (pendukung Persijap Jepara).

Jumat, 04 Maret 2011

Melihat Kemiskinan dengan Hati dan Tindakan Nyata

TAK banyak akademisi yang sanggup, memainkan sekaligus peran sebagai pemotret realitas kemanusiaan. Akademisi yang tak hanya berkategori "tukang", melainkan akademisi organik yang ikut terlibat dalam denyut kehidupan masyarakatnya.
Salah satu di antaranya adalah Amartya Sen, seorang pemikir ekonomi asal India. Ia orang yang menelurkan teori tentang hubungan keadaan ekonomi dengan keadaan nonekonomi tersebut. Sen menyatakan bahwa kemiskinan berhubungan langsung dengan demokrasi.
Jadi, dalam konteks Indonesia, ketika demokrasi belum bersinergi dengan upaya penyejahteraan rakyat, maka bukan demokrasi yang mesti disalahkan. Akan tetapi, substansi demokrasi itu sendiri yang belum muncul secara nyata. Demokrasi Indonesia masih prosedural, belum menyentuh tataran substansial. Secara eksplisit, Sen mengaitkan kelaparan dengan sistem sosial yang berlaku. Ia menentang anggapan umum bahwa kelaparan terjadi karena kelangkaan makanan. Wabah kelaparan, ujar Sen, tak pernah terjadi di masyarakat yang demokratis (Poverty and Famines An Essay on Entitlement and Deprivation, 1981).
Senmengatakan teori-teori itu bukan sekadar sebagai filsafat ekonomi, tetapi didukung oleh argumen-argumen matematis yang kukuh. Ia, misalnya, dianggap ber-jasa karena memberi persamaan/rumus matematis yang jadi dasar bagi indeks kemiskinan dan kini lazim digunakan dalam studi pembangunan. , Ada lagi sosok seorang Muhammad Yunus. Hugo Chavez, presiden Venezuela menyebut Muhammad Yunus sebagai "teladan perjuangan melawan kemiskinan" pada 2006 yang lalu. Dari sosok Yunus, kita bisa belajar bahwa keinginan kuat untuk maju dan impian satu orang saja bisa memengaruhi banyak orang, bahkan bisa memengaruhi suatu negara atau dengan kata lain changing the world . Muhammad Yunus sendiri merupakan dekan Fakultas Ekonomi salah satu Universitas terkenal di Bangladesh.
Bencana kelaparan yang melanda negerinya, membuat beliau memutuskan untuk keluar dari kampus dan belajar mengenai ekonomi langsung dari masyarakat desa. Muhammad Yunus merasa, teori-teori ekonomi yang diajarkannya di kampus tidak menggambarkan kondisi rii yang ada. Yunus merasa bahwa keberadaan kampus dan seluruh pendidikan yang diajarkannya, tidak memberikan pengaruh terhadap kehidupan rakyatnya. Padahal, seharusnya pendidikan bisa bermanfaat paling tidak untuk masyarakat di sekelilingnya. Teori-teori akademik temyata ibarat menara gading, yang tak berdaya menjadi solusi bagi upaya memerangi kemiskinan," katanya.
Dari sinilah, Muhammad Yunus mempelajari teori ekonomi baru dari orang-orang miskin. Muhammad Yunus berusaha untuk mulai memberikan kredit tanpa agunan kepada kaum-kaum miskin, terutama wanita melalui Grameen Bank atau Bank pedesaan yang didirikannya. Selama lebih dari 24 tahun berdiri, Grameen Bank telah berhasil memberikan kredit kepada tujuh juta orang miskin di Bangladesh yang 58 persen peminjamnya berhasil diangkat dari kemiskinan.
Kita jadi mengetahui perjalanan beliau saat mendirikan bank ini, serta hal apa yang mendasari hingga Muhammad Yunus menciptakan jenis bank model baru. Cerita penuangan Muhammad Yunus menjadi bagian paling menarik karena begitu mengharukan, menyentuh, dan menggugah rasa empati kita. Apakah mungkin dalam situasi serbapragmatis sekarang, entitas perbankan mau "mengambil risiko" memberikan kredit bagi mayoritas kaum tak berpunya? Akan tetapi, "anomali" itulah dilakukan Muhammad Yunus, yang sanggup melihat kemiskinan dengan hati, lalu melakukan perbaikan dengan tindakan nyata.
Kita tentu berharap akan selalu muncul sosok-sosok semacam Sen dan Yunus, yang mendedikasikan dirinya bagi upaya penyejahteraan manusia. Memupus dan mendobrak segala sistem yang mendiskriminasi.

"Akademisi yang tak hanya berkategori "tukang", melainkan akademisi organik yang ikut terlibat dalam denyut kehidupan masyarakatnya. Muhammad Yunus merasa, teori-teori ekonomi yang diajarkannya di kampus tidak menggambarkan kondisi rii yang ada. Muhammad Yunus berusaha untuk mulai memberikan kredit tanpa agunan kepada kaum-kaum miskin, terutama wanita melalui Grameen Bank atau Bank pedesaan yang didirikannya. Kita jadi mengetahui perjalanan beliau saat mendirikan bank ini, serta hal apa yang mendasari hingga Muhammad Yunus menciptakan jenis bank model baru. Akan tetapi, "anomali" itulah dilakukan Muhammad Yunus, yang sanggup melihat kemiskinan dengan hati, lalu melakukan perbaikan dengan tindakan nyata. Kita tentu berharap akan selalu muncul sosok-sosok semacam Sen dan Yunus, yang mendedikasikan dirinya bagi upaya penyejahteraan manusia."

Angka Kematian Ibu Di Asia Tenggara Paling Tinggi Di Dunia

Para ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menteri kesehatan negara-negara Asia Tenggara yang bertemu di New Delhi, India, pada 8-11 September 2008, melakukan pembahasan khusus tentang angka kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong masih tinggi.
Siaran pers dari kantor perwakilan WHO Jakarta yang diterima ANTARA, Kamis, menyebutkan kematian ibu di kawasan Asia Tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak global.
WHO memperkirakan, sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan berturut-turut 170 ribu dan 1,3 juta per tahun.
Sebanyak 98 persen dari seluruh kematian ibu dan anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh, Indonesia , Nepal dan Myanmar.
Dalam hal ini, hampir semua negara anggota telah berupaya menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan trampil.
Namun demikian, semua negara masih harus bekerja keras untuk mewujudkan akses universal pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan trampil supaya bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), menurunkan separuh angka kematian ibu dan anak tahun 1990 menjadi pada 2015.
Selain menyoroti masalah kematian ibu dan anak, pertemuan itu juga membahas soal penanganan epidemi infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) yang juga terus menyebabkan kematian di Asia Tenggara.
Dengan sekitar 3,6 juta orang dengan HIV/AIDS dan 260 ribu kasus baru setiap tahun, kawasan ini merupakan kawasan dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia.
Penularan infeksi virus tersebut juga masih terus berlanjut dan utamanya ditularkan melalui hubungan seks antara pekerja seks komersial dengan kliennya, penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan hubungan sesama jenis.
Direktur WHO Regional Asia Tenggara Dr. Samlee Plianbangchang mengatakan, guna mengatasi masalah itu kini negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan.
Namun demikian, katanya, masih ada kesenjangan berupa cakupan pelayanan yang rendah, alokasi anggaran kesehatan yang rendah serta kurang optimalnya koordinasi dan penggunaan dana yang ada dari para donor.
Oleh karena itu, katanya, WHO memromosikan pendekatan kesehatan masyarakat untuk memerangi HIV/AIDS yakni melalui pendefinisian masalah, identifikasi metode penanganan yang tepat, intensifikasi intervensi yang dinilai efektif serta melakukan pemantauan serta evaluasi terhadap dampak intervensi beserta pembiayaannya.

Selasa, 01 Maret 2011

konflik libya


Libya, an oil-rich nation in North Africa, has been under the firm, if sometimes erratic, control of Col. Muammar el-Qaddafi since he seized power in 1969. But in February 2011, the unrest sweeping through much of the Arab world erupted in several Libyan cities. Though it began with a relatively organized core of antigovernment opponents in Benghazi, its spread to the capital of Tripoli was swift and spontaneous, outracing any efforts to coordinate the protests. Colonel Qaddafi lashed out with a level of violence unseen in either of the other uprisings, but the rebels fought back and won tribal leaders and an increasing share of the military to their side, seizing the eastern half of the country.
March 1 Col. Muammar el-Qaddafi’s forces appeared to make little headway in a concerted assault on rebels in several cities around the country and in a sustained attack in the western city of Zawiyah. Rebels appeared to hold the city after a night of fighting, fending off tanks and artillery vehicles, special forces and regular army troops, and, rebels said, fighter jets. The Pentagon began repositioning Navy warships closer to the Libyan coast to support a possible humanitarian or military intervention.Timeline: Qaddafi
Feb. 28 Col. Muammar el-Qaddafi’s forces struck back at his opponents on three fronts, with special forces, regular army troops and, rebels said, fighter jets. But the rebels dismissed the attacks as ineffectual, and Colonel Qaddafi faced a growing international campaign to force him from power, as the Obama administration announced it had seized $30 billion in Libyan assets and theEuropean Union adopted an arms embargo and other sanctions. And as the Pentagon began repositioning Navy warships to support a possible humanitarian or military intervention, Secretary of StateHillary Rodham Clinton bluntly told the Libyan leader to surrender power “now, without further violence or delay.” The increasingly tense standoff has prompted a huge exodus of poorly-paid contract workers streaming to Libya’s borders with Tunisia and Egypt.
Feb. 27 The ring of rebel control around Tripoli appeared to be tightening, but in a sign that the fight was far from over, armed government forces were seen massing around the city. In Benghazi, protesters nominated the country’s former justice minister to lead a provisional government, moving to avoid the chaos that some analysts warned would overtake a Libya not ruled by Col.Muammar el-Qaddafi. The United Nations Security Council voted unanimously to impose sanctions on Col. Qaddafi and his inner circle of advisers, and called for an international war crimes investigation into “widespread and systemic attacks” against Libyan citizens.
Feb. 26 A bold play by Col. Muammar el-Qaddafi to prove that he was firmly in control of Libya appeared to backfire as foreign journalists he invited to the capital discovered blocks of the city in open defiance. Witnesses described snipers and antiaircraft guns firing at unarmed civilians, and security forces were removing the dead and wounded from streets and hospitals, apparently in an effort to hide the mounting toll. One day after the United States closed its embassy and imposed unilateral sanctions against Libya, the United Nations Security Council  met in New York to consider imposing international sanctions, including an arms embargo and an asset freeze and travel ban against Col. Qaddafi, his relatives and key members of his government. Timeline: Qaddafi
Feb. 25 In Tripoli, Security forces loyal to Col. Muammar el-Qaddafiused gunfire to try to disperse thousands of protesters who streamed out of mosques after prayers to mount their first major challenge to the government’s crackdown in the capital. Rebel leaders said they were sending forces from nearby cities and other parts of the country to join the fight. International efforts to stem the bloodshed appeared to gain momentum, with the United Nations Security Council scheduled to meet to discuss a draft proposal for sanctions against Libyan leaders and NATO convening an emergency session in Brussels.
Feb. 24 Forces loyal to Col. Qaddafi were reported to be striking back in several cites surrounding Tripoli, as rebellion crept closer to the capital and defections of military officers multiplied. He has called on thousands of mercenaries and irregular security forces, a ruthless and loyal force he has quietly built up over the years, distrustful even of his generals. Clashes were also reported 130 miles east of the capital near Misurata, a city where opposition forces had claimed control. 
Feb. 23 The week-old uprising that has swept Libya appeared headed for a decisive stage, with Col. Qaddafi fortifying his bastion in Tripoli and opponents in the capital saying they were making plans for their first coordinated protest after midday prayers on Feb. 25. The looming signs of a new confrontation came as a growing number of Libyan military officers and officials said that they had broken with Colonel Qaddafi over his intentions bomb and kill Libyan civilians challenging his four decades of rule. The foreign minister of Italy — the former colonial power with longstanding ties — said that nationwide more than 1,000 people were probably dead in the strife. 
Feb. 22 Trying to demonstrate that he was still in control, Colonel Qaddafi appeared on state television.  In a long rambling address, he blamed the unrest on “foreign hands,” a small group of people distributing pills, brainwashing, and the naïve desire of young people to imitate the uprisings in Egypt and Tunisia. Yet the country appeared to slip further into chaos. Opposition forces in eastern Libya, where the rebellion began, moved to consolidate their control. 
Feb. 21 The faltering government of Colonel Qaddafi struck back at the mounting protests as helicopters and warplanes besieged parts of Tripoli - the Libyan capital. The escalation of the conflict came after Colonel Qaddafi’s security forces had earlier in the day retreated to a few buildings in Tripoli, fires burned unchecked, and senior government officials and diplomats announced defections. The country’s second-largest city, Benghazi, remained under the control of rebels. News agencies reported that several foreign oil and gas companies were moving to evacuate some workers from the country.
Feb. 20 Libyan security forces again fired on a funeral processionthrough the city of Benghazi, as residents buried dozens of dead from a crackdown the day before and as a five-day-old uprising against the dictatorship of Col. Muammar el-Qaddafi appeared to spread to other cities along the Mediterranean coast. The advocacy groupHuman Rights Watch said it had proof that at least 173 had been killed since the uprising’s start. But several people in Benghazi hospitals, reached by telephone, said they believed as many as 200 had been killed and more than 800 wounded there on Feb. 19 alone. The Libyan government, meanwhile, has attempted to impose a near total blackout on the country. Foreign journalists cannot enter, and internet access has been almost totally cut off.
Feb. 19 Protests continued as the government moved to shut down the Internet. Human rights observers put the death toll in Libya after three days of government crackdowns against protesters at 84.
Feb. 18 The severity of the government's crackdown began to emerge when Human Rights Watch said 24 people had been killed by gunfire and news reports said further clashes with security were feared at the funerals for the dead.
Feb. 17 Protests broke out in several parts of Libya on a so-calledDay of Rage to challenge Colonel Qaddafi's 41-year-old iron rule — the region’s longest. Thousands turned out in the restive city of Benghazi; in Tripoli; and at three other locations, according toHuman Rights Watch. The state media, though, showed Libyans waving green flags and shouting in support of Colonel Qaddafi.
Feb. 16 A crowd armed with gasoline bombs and rocks protestedoutside a government office in Benghazi, Libya's second-largest city, to demand the release of a human rights advocate in Tripoli, the capital. Protesters using social networking sites like Twitter andFacebook then called for nationwide demonstrations to demand Colonel Qaddafi’s ouster. The demonstrators, estimated at several hundred to several thousand, marched to the city’s central square, where they clashed with riot police officers. In the city of Zentan, hundreds marched through the streets and set fire to security headquarters and a police station.
BACKGROUND
Colonel Qaddafi took power in a bloodless coup in September 1969 and has ruled with an iron fist, seeking to spread Libya’s influence in Africa. He has built his rule on a cult of personality and a network of family and tribal alliances supported by largess from Libya’s oil revenues.